Diakui ataupun tidak, immobilisasi sel bisa diberi pengertian sebagai suatu proses yang dapat menghentikan pergerakan dari bagian molekul enzim atau sel ditahan pada sutu tempat tertentu dalam ruang reaksi yang digunakan sebagai katalis.
Oleh karena itulah, immobilisasi sel ini sendiri dilakukan karena mikroorganisme-mikroorganisme ini bentuknya sangatlah kecil dan densitas yang mendekati air, maka dari itulah kemungkinan mikroorganisme tersebut akan terikat dalam aliran produk.
Daftar Isi
Immobilisasi sel
Pada hakikatnya, dalam proses immobilisasi sel menurut Widjaja (2008) dilakukan melalui mikroorganisme yang diikat dengan menggunakan bahan tertentu, sehingga dapat digunakan bahan berulang-ulang dalam proses fermentasi, selain itu juga mudah dipisahkan dari produk yang dihasilkan.
Pengertian Immobilisasi
Pengertian immobilisasi adalah bagian teknik immobilisasi biasa digunakan pada sel Saccharomyces cerevisiae untuk memproduksi bioetanol. Dimana dalam sel mikroba yang diimobilisasi dalam matrik hidrogel dapat meningkat ketahanannya dari pengaruh kondisi lingkungan seperti pH, suhu, pelarut organik dan zat beracun.
Manfaat Immobilisasi sel
Immobilisasi sel dapat meningkatkan yield produk fermentasi. Saccharomyces cerevisiae yang diimobilisasi dengan menggunakan alginat dapat meningkatkan etanol yang dihasilkan hingga 3,5 kali dibandingkan dengan sel bebas (Talebnia dkk, 2006).
Selain itu, keuntungan atau manfaat lain yang didapatkan dari teknik immobilisasi sel adalah efisiensi biaya, peningkatan produksi bioetanol, dan sel lebih tahan terhadap senyawa penghambat serta tahan terhadap senyawa yang dihasilkannya (Bangkrak dkk, 2011).
Immobilisasi sel juga diharapkan dapat melindungi khamir (sel) dari stres akibat peristiwa osmosis. Proses immobilisasi sel menyebabkan penurunan perkembangbiakan sel, karena sel terperangkap dan tidak dapat berinteraksi sesama sel. Hal ini membuat sel fokus melakukan metabolisme dan menghasilkan bioetanol (Prakasham dan Ramakrishna, 1998).
Immobilisasi sel dapat dilakukan sengan cara mencampurkan sel Saccharomyces cerevisiae dengan Na-Alginat dan diteteskan pada larutan CaCl. Setelah itu maka akan terbentuk beads yang tidak larut dalam air. Beads inilah yang nantinya akan digunakan dalam proses produksi bioetanol (Sebayang, 2006).
Natrium alginat mempunyai gugus karboksilat yang dapat terion menjadi muatan negatif. Natrium alginat larut dalam air dan membentuk koloid kental dan tidak larut dalam medium dengan pH kurang dari 3, etanol dan pelarut organik lainnya.
Larutan natrium alginat stabil pada pH 4 sampai 10 (Kibbe, 2000). Polimer hidrogel alami seperti natrium alginat dapat digunakan sebagai bahan pengimmobilisasi sel karena dapat melindungi sel yang terdapat didalamnya dari lingkungan yang buruk yang dapat meracuni sel. Mencegah kontak dengan suhu yang tinggi dan pelarut organik, menjamin bahwa tidak terjadi hilangnya aktivitas sel yang terdapat di dalamnya, serta menghasilkan kerapatan sel yang tinggi.
Bagian Metode Immobilisasi
Metode immobilisasi dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok (Chibata dkk, 1986), yaitu carrier binding, cross-linking dan entrapping.
Penjerapan dalam matrik alginat adalah metode yang paling banyak digunakan dalam immobilisasi sel (Bucke, 1980). Metode ini memungkinkan aktivitas enzim mencapai hingga 80% dibandingkan keadaan bebasnya.
Hal ini dikarenakan pembentukan gel kalsium alginat tidak tergantung pada pembentukan ikatan kovalen yang lebih permanen antara rantai polimer. Polimer molekul dihubung-silangkan oleh ion kalsium yang memungkinkan bead kalsium alginat terbentuk dalam kondisi sederhana.
Demikianlah pembahasan yang diberikan dalam pengertian Immobilisasi dan metodenya. Semoga dengan adanya bahasan ini dapat memberikan wawasan bagi segenap pembaca yang sedang mencari refrensi tentang Immobilisasi sel.