Biografi Bapak Pandu Indonesia KH Agus Salim

Diposting pada

Bapak Pandu Indonesia

Banyak pertanyaan yang muncul terkait siapa bapak Pandu dan kepanduan di Indonesia menjadikan artikel dalam materi pramuka ini penting untuk di tuliskan. Namun yang pastinya, sematnya Bapak Pandu Indonesia merupakan salah satu nama yang menjadi cikal bakal berdirinya Pramuka di Indonesia.

Yaitu, KH Agus Salim merupakan salah satu anggota Sarekat Islam yang mencetuskan nama tersebut, sehingga sekarang kita kenal sebagai Bapak Pandu Indonesia. Jika kalian pembaca masih bertanya Siapa Bapak Pandu Indonesia? Jawabannya adalah KH Agus Salim. Kemudian untuk dapat memahami Bapak Pandu Indonesia artikel ini akan mencoba mengulas berbegai hal, dari sejarah nama bapak pandu dikenal, sampai pada ulasan biografi bapak pandu Indonesia.

Daftar Isi

Bapak Pandu Indonesia

Istilah pandu berasal dari bahasa Belanda yaitu Padvinder dan Padvinderij. Penggunaan nama tersebut dilarang oleh Belanda karena organisasi pramuka tersebut didirikan oleh bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu bapak pandu di Indonesia, yakni KH Agus Salim memberikan nama dengan istilah Pandu dan Kepanduan.

Penggunaan nama Pandu dan Kepanduan diperkenalkan pertama kali pada saat kongres Sarekat Islam Afdeeling Padvinderij (SIAP) di Banyumas, Jawa Tengah pada tahun 1928. Sejak saat itulah istilah Bapak Pandu Indonesia diperkenalakan.

Biografi KH Agus Salim Sebagai Bapak Pandu Indonesia

KH Agus Salim merupakan salah satu pahlawan indonesia, beliau memiliki nama sejak lahir yaitu Mashudul Haq yang artinya ‘Pembela Kebenaran”. KH Agus Salim lahir pada tanggal 8 Oktober 1884 di Kota Gadang, Agam, Sumatra Barat, Hindia Belanda.

Beliau merupakan anak dari ke-empat dari pasangan Sultan Moehammad Salim dan Siti Zainab. Ayah KH Agus Salim adalah seorang jaksa di pengadilan bahkan kedudukan terakhirnya adalah Kepala di Pengadilan Tinggi Riau. Dari kedudukan ayahnya inilah KH Agus Salim dapat merasakan pendidikan di sekolah Belanda dengan lancar.

Ditambah dengan kecerdasannya sehingga di usia mudanya beliau mampu menguasai sedikitnya tujuh bahasa asing yaitu Belanda, Inggris, Arab, Turki, Prancis, Jerman dan Jepang. Beliau menempuh pendidikan dasar di Europeesch Lagere School (ELS), dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Di usia 19 tahun beliau lulus dan berhasil menjadi lulusan tebaik di HBS se-Hindia Belanda diantara tiga kota yaitu Semarang, Surabaya dan Jakarta.

Kecerdasan yang dimiliki KH Agus Salim membuat dirinya ingin melanjutkan pendidikan pada sekolah kedokteran di Belanda. Akhirnya beliau mengusulkan beasiswa kepada Belanda namun harapannya tidak sesuai keinginannya dan Belanda menolak usulan beasiswanya sehingga membuat KH Agus Salim kecewa.

Kecerdasan yang dimiliki KH Agus Salim ini mengundang perhatian RA Kartini yang merupakan anak Bupati Jepara. RA Kartini mengirimkan surat kepada seorang istri penentu beasiswa pemerintah yaitu Abendanon yang isinya sebagai berikut

…Kami tertarik sekali kepada seorang anak muda, kami ingin melihat dia dikarunia bahagia. Anak muda itu namanya Salim, dia anak Sumatra asal Riau, yang dalam tahun ini, mengikuti ujian penghabisan sekolah menengah HBS, dan ia keluar sebagai juara. Juara pertama dari Ketiga-tiga HBS! Anak muda itu ingin sekali pergi ke Negeri Belanda untuk belajar menjadi dokter. Sayang sekali, keadaan keuangannya tidak memungkinkan. Surat RA Kartini tertanggal 24 Juli 1903

Akhirnya RA kartini merekomendasikan kepada KH Agus Salim untuk menggantikan dirinya berangkat ke Belanda dengan alasan akan mengadakan pernikahan dan ditambah adanya adat jawa yang tidak memungkinkan puteri untuk bersekolah tinggi.

Cara yang dilakukan yaitu dengan mengalihkan beasiswa sebesar 4.800 Gulden dari pemerintah ke KH Agus Salim dan disetujui oleh pemerintah. Namun, semua itu ditolak oleh KH Agus Salim karena beliau beranggapan itu adalah usulan dari orang lain bukan dari hasil jerih payahnya sendiri.

Beliau merasa tersinggung dengan sikap pemerintah yang diskriminatif dan beranggapan bahwa pemerintah mau memberikan beasiswa tersebut karena RA Kartini berasal dari keluarga bangsawan jawa yang memiliki hubungan dekat dengan pejabat dan tokoh pemerintah sehingga semuanya diperlancar.

KH Agus Salim tetap tidak berputus asa dalam hidupnya meskipun cita-cita menjadi dokter tidak tersampaikan dan beliau memilih bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri. Pada tahun 1906-1911 beliau berangkat ke Jeddah, Arab Saudi dan bekerja sebagai perenjemah di konsulat Belanda.

Disinilah beliau memanfaatkan kesempatan untuk memperdalam ilmu agama islam dan berguru pada Syech Ahmad Khotib seorang Imam Masjidil Haram sekaligus pamannya juga. Beliau merasa senang karena mampu mendalami islam kembali sampai beliau memberikan pengakuan “meskipun saya terlahir dalam sebuah keluarga muslim yang taat dan mendapatkan pendidikan agama dari masa kanak-kanak, setelah masuk sekolah Belanda saya mulai merasa kehilangan iman” Beliau juga di Jeddah mempelajari tentang diplomasi. Setelah pulang dari Jeddah beliau mendirikan sekolah Hollandsche Inlandsche School (HIS).

KH Agus Salim pada Tahun 1915 memulai karirnya di bidang jurnalistik di Harian Neratja sebagai Redaktur II dan akhirnya diangkat menjadi Ketua Redaksi. Karirnya di bidang jurnalistik terus berlangsung sehingga beliau menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta.

Setelah lama berkarier beliau mendirikan Surat Kabar Fadjar Asia dan sebagai Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Beliau juga banyak menulis buku diantaranya karya beliau adalah Riwayat Kedatangan Islam di Indonesia, Dari Hal Ilmu Qur’an, Muhammad voor en na de Hijrah, Gods Laatste Boodschap dan Jejak Langkah Haji Agus Salim (Kumpulan Karya Agus Salaim yang dikompilasi koleganya, Oktober 1954) lalu Karya Terjemahan adalah Menjinakkan Perempuan Garang, Cerita Mowgli Anak Didikan Rimba (Dari The Jungle Book karya Rudyard Kipling) dan Sejarah Dunia (karya E. Molt.).

KH Agus Salim juga di Tahun 1915 memulai bergabung di Dunia Pergerakan Nasional. Beliau memulai bergabung dengan Sarekat Islam (SI) bersama dengan HOS Tjokroaminoto dan Abdul Muis yang bersama-sama juga di Volksraad.

Namun, kedua tokoh tersebut mengundurkan diri dari Volksraad sebagai wakil akibat kekecewaan terhadap pemerintah Belanda dan KH Agus Salim ditunjuk untuk menggantikan mereka selama empat tahun (1921-1924). KH Agus Salim merasakan sama dengan mereka bahwa berjuang di dalam tak membawa manfaat sehingga beliau keular dari Volksraad dan Advertisement dan fokus pada SI.

Perjalanannya di SI mulai ada benih perpecahan pada tahun 1923 Semaun dan kawan-kawanya menghendaki agar SI menjadi organisasi yang condong ke kiri sedangkan KH Agus Salim dan Tjokroaminoto menolaknya. SI terpecah menjadi dua Semaun membentuk Sarekat Rakyat yang kemudian berubah menjadi PKI dan Agus Salim tetap bertahan di SI.

Perjalanan karier KH Agus Salim di SI tidak begitu mulus karena pernah dicurigai rekan-rekanya sebagai mata-mata dikarenakan pernah bekerja di pemerintah dan tambah membuat anehnya tidak pernah ditangkap dan dipenjara seperti Tjokroaminoto.

Disisi lain beberapa tulisan dan pidato KH Agus Salim banyak yang menyinggung pemerintah sehingga mematahkan tuduhan-tuduhan tersebut. Karena semangat perjuangan yang tulus oleh KH Agus Salim ketika Tjokroaminoto meninggal pada tahun 1934 akhirnya KH Agus Salim yang menggantikan posisi ketua SI.

Selain menjadi Tokoh SI KH Agus Salim merupakan pendiri Jong Islamieten Bond. Disinilah beliau membuat gebrakan untuk menyelaraskan dari doktrin-doktrin agama yang kaku. Dalam kongres Jong Islamieten Bond menyatukan tempat duduk perempuan dan laki-laki.

Sehingga berbeda dengan kongres dua tahun sebelumnya yang dipisahkan dengan tabir dan perempuan dibelakang untuk laki-laki di depan. “Ajaran dan semangat Islam memelopori emansipasi perempuan” ujarnya. KH Agus Salim pernah menjadi bagian anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) ketika Indonesia akan merdeka. Ketika Indonesia merdeka, beliau diangkat menjadi Dewan Pertimbangan Agung.

Kemampuan dan kepiawaiannya dalam berdiplomasi membuat dia dipercaya sebagai Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir I dan II serta Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta. Setelah pengakuan kedaulatan KH Agus Salim ditunjuk sebagai penasehat Menteri Luar Negeri.

Dari kesederhanaannya KH Agus Salim bersama istrinya Zaenatun Nahar dan delapan orang anaknya. Beliau selalu berpindah-pindah kontrakan ketika di Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta. Ditempat itulah beliau menjadi pendidik anak-anaknya kecuali si bungsu.

Beliau tidak memasukkan ke pendidikan formal karena selama hidupnya mendapat segalanya dari luar sekolah dan beliau menganggap pendidikan formal kolonial juga merupakan bentuk pembangkanganya terhadap kekuasaan Belanda. “Saya telah melalui jalan berlumpur akibat pendidikan kolonial” ujarnya.

Beliau KH Agus Salim meninggal dunia pada 4 November 1954 di RSU Jakarta pada umur 70 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Beliau ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keppres Nomor 657 tahun 1961.

Pelajaran dari Bapak Pandu Indonesia

Pelajaran dan pengalaman yang besar bagi bangsa Indonesia untuk mengenal lebih dekat mengenai perjalanan hidup KH Agus Salim atas jasa-jasanya dalam meraih dan membangun negara Indonesia. Kemampuannya dalam berdiplomasi sehingga dikenal oleh kalangan diplomatik dengan julukan The Grand Old Man.

Dalam teori komunikasi, pola berpikir seorang dipengaruhi oleh latar belakang hidup di lingkungannya. KH Agus Salim yang hidup dalam nuansa keseharian islam dan dari keluarga pejabat serta agama membuat dirinya menjadi sosok penggerak moderen Islam di Indonesia.

Sebagai pribadi yang dikenal berjiwa bebas dan tidak mau dikekang oleh batasan-batasan bahkan dengan keberaniannya pernah mendobrak tradisi Minang yang kuat. Beliau tegas sebagai politisi tetapi sederhana dalam sikap dan keseharian.

Sudah selayaknya kita memberi apresiasi penghargaan atas perjuangan kepada KH Agus Salim sebagai bapak pandu Indonesia. Meskipun bagi anggota pramuka sendiri terkadang  masih ada yang mengganjal karena tidak ada ketetapan hukum yang mendasari penganugerahan gelar bapak pandu kepada KH Agus Salim dalam berbagai ketetapan Munas, Keputusan Kwartir Nasional dan perundang-undangan lainya di pramuka. Yang terpenting beliau sebagai pahlawan nasional yang telah memberikan perhatianya terhadap pendidikan kepanduan di Indonesia.

Demikianlah penjelasan mengenai Bapak Pandu Indonesia dan biografi Bapak Pandu Indonesia, semoga dapat memberikan banyak menfaat kepada siapapun untuk mampu mengingat serta meniru apa yang di ajarkan oleh Bapak Pandu Indonesia ini.

5/5 - (1 vote)