Air asam tambang pada dasarnya merupakan arti air yang bersifat asam yang sejatinya berasal dari mineral sulfida yang bereaksi dengan O2 di udara dan air, akibat yang ditimbulkan yaitu kualitas air yang menurun. Oleh karena itulah, sangatlah wajar jikalau air asam tambang (AAT) dihasilkan di atau dalam sisa batuan, tailing, dinding pit tambang terbuka dan tambang bawah tanah.
Dimana proses mineral sulfida seperti pirit teroksidasi dan hadir di air dan udara melalui oksigen yang menghasilkan air asam tambang melalui proses kimia dan biokimia. Oksidasi mineral sulfida dapat dideskripsikan dengan persamaan (Morin and Hutt, 1997 dalam Bussiere, 2009) dengan langkah pertama terjadinya oksidasi langsung dari pirit (FeS2) oleh oksigen yang menghasilkan sulfat (SO42-), ferrous iron (Fe2+) dan keasaman (H+2FeS) :2 + 7O2 + 2H2O = 2Fe2+ + 4SO42- + 4H+.
Daftar Isi
Air Asam Tambang
Diakui ataupun tidak, untuk serangkaian permasalahan air asam tambang adalah salah satu dampak potensial yang dihadapi industry pertambangan. Air asam tambang juga mengandung logam berat seperti besi (Fe), alumunium (Al), mangan (Mn).
Dimana prihal adanya kesalahan dalam pemantauan, pengumpulan dan pengolahan air asam tambang dapat menyebabkan kontaminasi terhadap air tanah dan air permukaan yang berdampak kepada ekosistem, manusia dan struktur bangunan.
Pengertian Air Asam Tambang Menurut Para Ahli
Adapun definisi air asam tambang menurut para ahli, antara lain;
-
Bussiere (2009)
Air asam tambang adalah salah satu permasalahan lingkungan yang dihasilkan oleh industry pertambangan. Air asam tambang merupakan hasil dari oksidasi batuan yang mengandung pirit (FeS2 Seperti diketahui beberapa komponen atau kegiatan pertambangan menghasilkan dampak yang serius terhadap lingkungan.
Kolam tailing (tailing impoundment) dan penempatan batuan sisa (waste rock piles) merupakan bagian yang harus benar-benar diperhatikan karena menghasilkan dampak negatif terhadap saluran air, tanah dan air permukaan. dan mineral sulfida dari sisa batuan yang terpapar oleh oksigen yang berada dalam air .
Reaksi selanjutnya ferrous iron teroksidasi menjadi ferric iron
(Fe (1) 3+2Fe). 2+ + 1/2O2 + 2H+ = 2Fe3+ + H2 Ferrous iron juga dapat teroksidasi menghasilkan iron hidroksida (FeOOH) dan keasaman.O (2) Fe2+ + 1/4O2 + 3/2H2O = FeOOH + 2H+ Pada saat pH > 4, Fe (3) 3+ akan terendapkan sebagai ferric hidroksida (Fe(OH)3Fe), lepas ke lingkungan dengan sangat asam. 3+ + 3H2O = Fe(OH)3 + 3H+
Contoh Pengelolaan Air Asam Tambang
Henny (2010), menyatakan bahwa system rawa buatan dengan tanaman air Eichornia sp. dan Lepironia sp. (constructed wetlands) secara aerobic dan anaerobik yang dikombinasikan dengan system kapur anoksik (ALD; anoxic limestone drains) mampu menaikkan pH AAT dari 2,8 menjadi 7, menurunkan turbiditas dan konduktivitas, penyisihan sulfat mencapai 67-90%, sedangkan penyisihan logam Fe mencapai 100% dan penyisihan Al 93-97%.
Demikianlah pembahasan mengenai pengertian air asam tambang menurut para ahli dan contoh sistem pengelolaannya. Semoga dengan adanya penjelasan ini dapat bermanfaat bagi seganap pembaca yang sedang mencari refrensi tentang “Air Asam Tambang”.